[Book Review] Wanita Muda di Sebuah Hotel Mewah

Sumber: goodreads

Judul: Wanita Muda di Sebuah Hotel Mewah
Penulis: Hamsad Rangkuti
Penerbit: Senja
Terbit: 2016
Tebal: 224 halaman
ISBN: 978-602-391-174-5


Buku berjudul Wanita Muda di Sebuah Hotel Mewah ini merupakan sebuah antologi cerpen. Di dalamnya terdapat lima belas cerpen yang sebelumnya sudah diterbitkan di berbagai media –kecuali cerpen yang berjudul “Untuk Siapa Kau Bersiul”.

Terlepas dari apakah nyambung atau tidak dengan isinya secara keseluruhan, saya pribadi cukup menyukai tone kover yang digunakan oleh buku ini. Sederhana namun manis –tidak seperti cerita-cerita di dalamnya yang sering kali berakhir tragis. Tata letak pada halaman dalamnya pun terbilang rapi. Overall, dari segi keterbacaan, menurut saya, tidak ada masalah sama sekali.

Tak hanya itu, para penikmat visual juga akan dimanjakan oleh ilustrasi-ilustrasi cerita di dalamnya –setiap cerpen di dalamnya diberi ilustrasi. Nah, yang kemudian menjadikan ilustrasi-ilustrasi itu “berbeda”, yakni, jika biasanya dalam sebuah buku yang memberikan ilustrasi hanya berasal dari satu ilustrator saja, maka tidak dengan buku ini. Ilustrasi di dalamnya diisi oleh lima ilustrator. Oleh karenanya, “aksen” ilustrasinya pun lebih berwarna.

Nah, masuk ke segi konten sendiri, membaca cerpen-cerpen dalam novel ini sedikit banyak mengingatkan saya kepada Eka Kurniawan, yang mana para tokohnya berkarakterkan masyarakat “kelas bawah”. Namun, berbeda dari Eka yang menuliskan ceritanya dengan “nafas” surealis, Hamsad menulis cerpen-cerpennya dengan “nafas” realis.

Beberapa cerpennya yang membekas di kepala saya salah satunya adalah “Kalah”. Berbekal dengan tiga tokoh –Kasto, Karno, dan Marto– Hamsad menuliskan cerpen bersudutpandangkan orang ketiga tersebut dengan sangat apik. Ia berhasil membangun suasana cerita dengan baik. Oleh karenanya, tak ayal jika kemudian pembaca –setidaknya saya– ikut terbawa emosi cerita.

Tak hanya itu, kekhasan seorang Hamsad Rangkuti dalam menulis cerita dengan detail membuat cerpen-cerpennya terasa sangat hidup. Seperti pada cerpen pembuka, Perbuatan Sadis, misalnya. Deskripsi yang “utuh” berhasil membuat pembaca ikut bergidik ngeri.

Poin plus lain dari dari cerpen-cerpen Hamsad, saya pikir, juga terletak pada pemilihan diksinya yang sederhana, sehingga mudah untuk dipahami. Selain itu, terlihat sekali bahwa Hamsad cukup bijak dalam menulis. Ia tidak menggurui pembacanya, justru ia membebaskan para pembacanya untuk mencari dan menyimpulkan sendiri “nilai” di balik tulisan-tulisanya.

Jadi, selamat membaca!

Comments