[Book Review] Ogomadara Kanojo

Sumber: Goodreads

Judul: Ogomadara Kanojo
Penulis: Zephyr
Penerbit: PING
Terbit: 2016
Tebal: 200 halaman
ISBN: 978-602-391-164-6

Chouko adalah gadis yang terbiasa tidak memiliki teman. Di dalam rumah, ia adalah sosok adik –dari Hayato– sekaligus kakak –bagi Masaru– yang sangat peduli dan perhatian. Namun, ketika di luar, ia seratus delapan puluh persen berbeda, cuek dan dingin. Tak hanya itu, dipandangan teman-temannya, Chouko juga dinilai aneh karena penampilannya yang acak-acakan. Tapi, toh, Chouko tak peduli. Ia sudah terbiasa tidak memiliki teman sejak di sekolah dasar.

Hingga, akhirnya muncullah sosok seorang pemuda bernama Yoshida Shiki –berpembawaan ceria dan baik hati– yang mengubah sebagian hidup Chouko. Awalnya, Chouko selalu memandang Shiki dengan sinis dan tak acuh. Namun, semenjak Shiki membantu mencarikannya pekerjaan paruh waktu, Chouko pun melunak. Dari situ, untuk pertama kalinya, Chouko pun memiliki teman.

Singkat cerita, pertemanannya dengan Shiki, membuat Chouko sadar bahwa kenangan buruk di masa lalu –jika diterima dengan ikhlas– justru akan menguatkan dirinya.

“Ogomadara memakan racun menyakitkan yang akhirnya ia gunakan untuk melindungi diri sendiri. Sama hal hanya dengan Nakajima Chouko –kenangan-kenangan buruk di masa lalu adalah racun yang kau telan untuk menguatkan dirimu yang sekarang.” – halaman 186-187, Shiki kepada Chouko.

Sekedar informasi tambahan saja, perjalanan hidup Chouko sama sekali tidaklah mulus. Terlebih sejak kedua orangtuanya tiada. Ia hanya tinggal bersama kakak dan adiknya. Kakaknya pun bukan orang yang berlebih. Kebakaran yang terjadi beberapa tahun lalu memaksanya untuk berhenti kuliah, sehingga ia hanya bisa melamar pekerjaan dengan ijazah SMA-nya saja.

Lepas dari itu, dari segi penceritaan, novel yang ditulis dengan sudut pandang orang ketiga dan beralurkan maju-mundur ini terbilang menghibur. Tak hanya itu, sang penulis juga cukup baik dalam mengeksplor latar tempat yang ada dalam novel –meski eksplorasi latar ini sebetulnya tidak terlalu detail, namun suasana di negeri Jepang mampu tergambarkan dengan cukup hidup.

Di segi teknis, meski minor namun cukup disayangkan terkait masih adanya kesalahan penulisan. Misalnya, pada halaman 120, di mana sebutan kak yang seharusnya ditulis menjadi Kak justru menjadi KaK (huruf k di belakang tercetak dengan huruf kapital).

Sementara itu, poin plus dari segi teknis terletak pada aspek kover. Novel ini memiliki desain kover yang menarik dengan tone yang hangat dan juga ceria. Lebih jauh, jika diamati lebih seksama, tone hangat yang tampak dari novel ini sedikit banyak sebetulnya merepresentasikan kehangatan yang berusaha penulis bangun dalam lingkup keluarga kecil Chouko serta pertemanan antara Chouko dan Shiki itu sendiri.


Akhirnya, tak ada salahnya bagi kalian untuk membaca novel ini di kala luang!

Comments

  1. Thanks for the review ^^. I really do appreciate it.

    ReplyDelete

Post a Comment