[Book Review] The Architect


Jalan Panjang menjadi “Tukang Rancang Bangunan”

Sumber: kutukutubuku.com

Judul : The Architect
Penulis : Ariesta F. Firdyatama
Penerbit : Mazola
Tahun terbit : 2015
Tebal : 320 halaman
ISBN : 978-602-255-859-0

“Hidup itu spekulasi ... Cuma ada dua pilihan, gagal atau berhasil. Kalau hidup cuma buat jadi orang yang cemen ngadepin risiko, ya udah sembunyi aja di ketiak bapak.” – halaman 168.

Untuk meraih kesuksesan pastilah dibutuhkan kerja keras serta tak lupa doa. Akan tetapi, itupun tidak lantas langsung menjamin usaha kita akan berbuah manis. Dalam meniti tangga kesuksesan, jatuh bangun adalah hal yang biasa. Asalkan kita tekun dan selalu berani menghadapi segala risiko yang ada, percayalah, bagaimanapun usaha tidak akan pernah mengingkari.

Dan begitu pulalah yang dirasakan oleh Tio. Ia sendiri lulus dengan nilai pas-pasan. Terhitung berminggu-minggu kemudian, setelah melamar kerja ke sana-sini, tak juga didapatinya panggilan wawancara. Namun, tiba-tiba di puncak keputusasaannya tersebut seseorang mengabarkan kepadanya ada seorang kontraktor yang membutuhkan arsitek baru.

Singkat kata, ia pun diterima bekerja. Namun, ternyata iklim tempatnya bekerja kurang menyenangkan hingga akhirnya ia memutuskan untuk keluar. Tak disangka, beberapa minggu kemudian ada seseorang yang mempercayainya untuk menangani sebuah proyek. Namun, di tengah pengerjaan proyek tersebut sebuah tawaran menggiurkan datang. Ia mendapat panggilan wawancara di kantor konsultan arsitektur ternama di Jakarta.

Namun, tentu saja cerita tak berakhir di situ. Perjalanan Tio dalam mewujudkan mimpi menjadi arsitek profesional sungguh penuh halangan. Saat ia tengah berada di puncak, tak berapa lama kemudian ia kembali diterjunkan ke tanah. Begitu seterusnya, ia membiarkan sang waktu mengujinya, dan ia pun terus berusaha membuktikan kemampuannya.

Di kover depan telah dituliskan bahwa novel ini merupakan salah satu serial #NOVELPROFESI. Nah, dari beberapa serial #NOVELPROFESI yang pernah saya baca, menurut saya novel ini yang paling konsisten dengan tema besar yang diangkatnya. Meski di dalamnya juga membahas kisah cinta Tio, namun novel ini dengan baik tetap menaruh fokus utama pada pencapaian karir sang tokoh utama.

Lepas dari itu, novel yang ditulis melalui sudut pandang orang ketiga ini memiliki banyak tokoh di dalamnya. Pemeran utamanya sendiri adalah Tio, seorang pemuda yang jujur dan sederhana. Beberapa lainnya adalah Vira yang berambut lurus dan bermata sipit, Febrian yang meskipun pintar namun galak dan angkuh, serta Rasti si gadis sederhana yang mandiri.

Untuk masalah setting, penulis menggunakan kota Solo, Jakarta, Surabaya, dan Magelang sebagai latar tempat. Lalu, alurnya sendiri dimulai dari tahun 2014, kemudian mundur ke tahun 2007. Jadi, seolah pembaca di sini diajak untuk melihat bagaimana lika-liku perjalanan karir Tio.

Secara keseluruhan, saya menganggap tidak ada masalah yang berarti dari segi penceritaan. Hanya saja, mungkin beberapa bagian akan agak terasa monoton. Sedangkan, untuk segi teknis sendiri saya memiliki beberapa catatan. Pertama, tentang masih adanya kesalahan penulisan, misalnya pada halaman 223 gembira tertulis menjadi gembia (tanpa huruf r). Ada lagi di halaman 10, tertulis tidakkahmereka (tanpa spasi).

Lalu, kover depannya –yang ini lebih ke arah selera saja. Buat saya, akan lebih bagus apabila desain gambarnya misal seorang lelaki yang sedang menyusun maket. Kesan arsiteknya akan lebih terlihat. Kalau hanya gambaran seorang lelaki yang membawa gulungan kertas, kesan yang terlihat bisa jadi bermacam-macam, bisa saja dikira seorang lulusan teknik sipil –terlepas dari adanya judul yang menegaskan bahwa gambar yang disampul adalah arsitek. Sedangkan, untuk pemilihan jenis huruf saya tidak ada masalah, malah bagi saya cukup menarik.


Akhir kata, selamat membaca!

Comments