[Book Review] Violetta


Scoop of Love
sumber: goodreads

Judul : Violetta (yang Melupakan Kenangan)
Penulis : Rosgadini
Penerbit : PING!!!
Tahun terbit : 2014
Jumlah halaman : 223 halaman
ISBN : 978-602-255-687-9
“Bia! Bia juga jangan lupa, ya, kalo Bia besar nanti, harus punya toko es krim sendiri. Jadi, Vio bisa makan semua es krimnya. Janji?” – halaman 13.

Itulah kalimat terakhir yang diucapkan oleh Vio sebelum ia kecelakaan naas menimpa keluarganya dan ia sendiri saat ia sedang dalam perjalanan ke Semarang. Mengetahui sahabat kecilnya mengalami kecelakaan, Bia pun tak dapat membendung rasa sedihnya. Bahkan rasa sedih itu pun masih terus ada hingga ia beranjak dewasa. Baginya Vio bukan sekedar seorang sahabat yang manis. Namun, juga seorang yang ia sangat sayangi.

Bia adalah seorang pemuda yang berperawakan tinggi. Diumur yang masih terbilang muda, 23 tahun, ia mendapatkan promosi untuk naik jabatan. Akan tetapi hal tersebut ditolaknya, ia justru emakin membulatkan tekadnya untuk mengundurkan diri dari salah satu perusahaan akuntan terbesar tempatnya bekerja. Tentu hal tersebut bukannya tanpa alasan. Ia melakukan hal itu karena ia ingin menepati janjinya kepada Vio dulu. Ya, Bia –yang meskipun tidak menyukai es krim, berencana untuk membuat toko es krimnya sendiri.
Tentu dalam proses perealisasiaanya tidaklah mudah. Semua ia mulai dari nol. Dibantu dengan adik sepupunya, berdua mereka bahu-membahu membangun usaha tersebut. Awalnya, mereka memang hanya berkerja berdua saja. Namun, kemudian Bia pun sadar bahwa ia tak bisa menjalankan usaha ini jika hanya berdua. Dengan rekomendasi Addin, maka ia pun menerima Etta sebagai pegawai barunya. Namun, awal perjumpaannya dengan Etta tidaklah mulus. Bukannya menyambut Etta dengan ramah, Bia justru menyambut Etta dengan kemarahan karena Etta telat datang.

Lepas dari itu, Bia selalu merasa ada yang “berbeda” dari sosok Etta. Saat melihat Etta ia selalu merasa sosok Vio ada dalam diri Etta. Tawa riangnya, cara menangisnya, kesukaannya pada es krim. Semuanya tingkah Etta membuat kenangan akan Vio pun kembali membayang-bayangi dirinya.

Hingga pada suatu hari, Bia pun menyatakan perasaannya kepada Etta. Akan tetapi, malangnya Bia, perasaannya ditolak oleh Etta dengan alasan Etta tak mau hidup dalam bayang-bayang Vio. Namun ternyata, di balik semua itu siapa sangka bahwa sebenarnya Etta juga menyimpan suatu rahasia yang besar. Tetapi, layaknya peribahasa “sepandai-pandainya tupai melompat pada akhirnya jatuh juga”, begitulah nasib akan rahasia yang disimpan oleh Etta. Bahwa pada akhirnya, semua rahasianya terbongkar pula.

Konflik pada novel dengan sudut pandang orang ketiga ini, terbilang cukup kompleks. Mulai dari rencana pembukaan toko es krim yang harus melibatkan Addin, kedatangan Etta, kemunculan Maira (lagi) –sang mantan Bia sekaligus Addin, hingga rahasia besar si Etta sendiri. Bagusnya, semua konflik tersebut terselesaikan secara rapi dan pada akhirnya dapat mencapai klimaks yang setidaknya terbilang cukup baik.

Untuk eksekusi pada bagian ending cerita sendiri menurut saya cukup baik. Kalau saya boleh bilang sih, akhir ceritanya cukup manis. Terlepas bahwa sebenarnya ada beberapa part terkesan agak dipaksakan, sehingga terkesan agak aneh. Namun lepas dari itu, untuk judulnya sendiri terbilang representatif. Dan jika, pembaca jeli sebetulnya mereka bisa menebak konflik terbesar pada novel ini. Secara keseluruhan, cerita di dalamnya memang lebih banyak melibatkan tokoh-tokoh dewasa secara umur. Namun, untuk pembaca yang masih berusia remaja saya pikir tidak perlu khawatir, sebab ceritanya sendiri terbilang masih sangat sesuai untuk dibaca oleh kalangan remaja.

Kemudian, beralih ke segi teknis, untuk desain halaman dalamnya, saya harus jujur karena saya menyukainya. Buat saya pribadi, desain halaman dalamnnya sangat manis, persis seperti rasa es krim, hehe. Sedangkan, untuk cover-nya sendiri meski memang warna yang digunakan cukup manis, namun saya pribadi kurang menyukainya. Pertama, buat saya terlalu banyak ruang kosong yang disisakan pada sampulnya. Kedua, dari segi huruf yang digunakan untuk nama penulis dan subjudul, buat saya itu terlalu “berlebihan”. Ketiga, untuk tata letak judulnya sendiri. Bagi saya kurang enak dilihat saja dan seakan menegaskan bahwa tata letak judul tersebut dimaksudkan untuk menutupi banyaknya ruang kosong pada sampul. Akan tetapi, untuk desain gambar dari sampulnya sendiri sejauh ini cukup bagus kok. Hanya mungkin saya pikir akan lebih baik jika desain gambarnya adalah toko es krim milik Bia.

Ya, pada akhirnya, tiap orang memiliki pendapatnya sendiri. Maka dari itu, silakan membaca sendiri. Dan selamat membaca!

Comments