[Book Review] Separuh Kaku


Kisah Panji di Ular Besi
Sumber: goodreads

Judul : Separuh Kaku
Penulis : Setiyo Bardono
Penerbit : Senja
Tahun Terbit : 2014
Tebal Halaman : 248 halaman

ISBN : 978-602-7968-97-4
Suatu kejadian konyol di dalam KRL saat Panji akan berangkat sekolah merupakan awal kisah dari cerita yang diangkat dalam novel ini. Singkatnya, melalui kejadian konyol itu pulalah yang kemudian mempertemukannya dengan seorang gadis bernama Naomi Eka Keretawati. Laiknya peribahasa jawa, witing tresna jalaran saka kulina, begitulah yang dirasakan oleh Panji terhadap si gadis yang ditemuinya di kereta api tersebut.
Suatu ketika –lagi-lagi ketika ia hendak berangkat sekolah, ia melihat si gadis sedang berhenti di depan kios pulsa. Ia berpikir bahwa pastilah si gadis sedang mengisi pulsanya. Tanpa berpikir lebih panjang, setelah si gadis pergi tersebut ia pun segera menyambangi kios pulsa tersebut untuk membeli pulsa alih-alih menyatat nomor telepon yang dituliskan oleh si gadis tersebut.

Tak beberapa lama ia pun kemudian menghubungi nomor tersebut dan mengajak si pemilik nomor untuk bertemu di warung bakso. Namun, setibanya ia di warung yang dimaksud tidak ia temui si gadis yang ia maksud. Dan justru bertemu dengan gadis gemuk yang bernama sama dengan si gadis ia maksud. Yap! Kalian betul.... Panji salah orang. Kemudian, sebab tak ingin mengecewakan si gadis tersebut, ia pun terpaksa mentraktirnya semangkuk bakso. Sampai di sini, lupakan masalah salah orang itu tadi.
Beralih ke hal lain, karena sudah ‘dekat’ cukup lama ia pun kemudian memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya pada si gadis. Namun, si gadis tak kunjung menjawab dan akan menjawab ketika Panji sudah masuk kuliah. Panji sendiri meski memang ceroboh, namun sebetulnya ia anak yang cukup pintar, hal ini dibuktikan dengan lulusnya ia dari bangku SMA dengan nilai yang memuaskan. Namun, karena urusan biaya, maka ia pun terpaksa untuk menunda rencana kuliah. Dan begitu pulalah dengan kenyataan bahwa pernyataan cintanya juga harus tertunda karena ia tak kunjung kuliah.
Kisah cintanya tak berhenti sampai situ saja. Bertemunya ia dengan seorang gadis bernama Eva Peron kemudian merubah hari-harinya. Ia pun mulai melupakan sosok si gadis pujaannya itu –yang ia anggap seperti bidadari. Namun, sepertinya memang hidup Panji terlalu malang, seakan ia tak diperbolehkan bahagia terlalu lama. Pada akhirnya, hal buruk pun kembali menimpanya, dan membuat ia kehilangan Eva.
Novel yang dituliskan dengan sudut pandang orang ketiga –melalui kacamata si Panji, ini sebetulnya ditulis dengan humoris. Banyak lawakan-lawakan yang disertakan di dalamnya. Namun, sayangnya saya pribadi sama sekali tidak merasakan di mana letak kelucuannya. Justru sebaliknya, saya sendiri malah merasakan bahwa cerita di dalamnya ditulis dengan agak berlebihan sehingga kesan lucunya malah sama sekali tidak bisa ditangkap.
Untuk temanya sendiri, yakni mengenai aktivitas trainer –sebutan untuk penumpang kereta api, sebetulnya cukup menarik. Terbilang cukup jarang penulis yang mengangkat tema tersebut. Namun, ya kembali lagi, menurut saya eksekusinya cenderung kurang memuaskan.
Dan lagi untuk perihal judul, sampai saat ini saya sendiri masih tidak memahami mengapa “Separuh Kaku” dijadikan sebuah judul? Maksud saya, saya masih belum memahami arti dibalik “Separuh Kaku” itu. Bagi saya, judul terbut terasa kurang representatif saja dengan isi cerita yang dituliskan di dalamnya. ‘Separuh’-nya siapa? Apanya yang ‘Kaku’? Apa hubungannya?
Kemudian, untuk masalah teknis seperti sampul, saya pikir ini satu-satunya hal yang paling menarik dari novel ini. Tidak terlalu penuh, masih ada ruang yang disisakan untuk ‘bernafas’. Sudah begitu warnanya pun dominan biru, yang mana warna biru identik dengan laki-laki –sesuai dengan tokoh utamanya si remaja laki-laki bernama Panji. Gambarnya pun tak ubahnya begitu. Ya, cukup representatiflah.
Dan ya, satu lagi –bagi para pecinta puisi, di dalam novel ini juga ada beberapa puisi –yang tentunya berhubungan kehidupan sehari-hari Panji yang tak pernah jauh-jauh dari KRL. Salah satu puisi yang menarik itu bisa dibaca pada halaman 134. Jadi, tunggu apa lagi? Merasa memiliki kisah sama seperti Panji? Segeralah membaca novel ini.
Dan akhirnya, selamat membaca!

Comments