[Book Review] Senja yang Mendadak Bisu


Pengemasan Nilai-Nilai Lokalitas yang Menarik

Sumber: goodreads


Judul : Senja yang Mendadak Bisu
Penulis : Lugina W. G. dkk.
Penerbit : de Teens
Tahun Terbit : April, 2015
Jumlah Halaman : 240 halaman
ISBN : 978-602-0806-08-2


Buku dengan judul Senja yang Mendadak Bisu ini sebetulnya merupakan antologi cerpen. Cerpen-cerpen yang ada di dalamnya adalah karya-karya terbaik dari #KampusFiksiEmas2015 (koreksi saya jika saya salah). Di dalamnya terdapat 21 cerita pendek yang masing-masing, menurut saya, memilliki (jika diibaratkan sebagai batik) corak tersendiri.

Kesamaan dari kedua puluh satu cerpen tersebut ada pada tema yang diangkat, yakni lokalitas-inspiratif. Maka dari itu, tak heran jika nanti kalian membacanya, kalian akan banyak menjumpai nilai-nilai lokalitas. Nilai-nilai lokalitas itu sendiri, pada antologi ini, ditulis dengan menarik –setidaknya menurut saya.

Buat saya, secara keseluruhan saja, antologi cerpen ini adalah antologi termenarik yang saya baca (sejauh) di tahun 2015 ini. Ada beberapa cerpen yang paling menarik perhatian saya, yakni Hikayat Terpendam Gadis Lasem, Jangan Sebut Dia Singkek, dan Kapurung. Dan, ah ya! Sebelumnya harus saya katakan bahwa banyak beberapa cerpen di dalamnya yang ending-nya tidak bisa tertebak. Ada pula yang menyelipkan twist di akhir ceritanya.

Nah, kembali lagi ke pembahasan sebelumnya. Pertama, untuk cerpen dengan judul Hikayat Terpendam Gadis Lasem. Menurut saya ceritanya unik. Sebab, jalan ceritanya dituliskan melalui “kacamata” sebuah rokok lelet yang tersimpan dalam sebuah stoples.

Kemudian, untuk Jangan Sebut Dia Singkek, yang membuat saya tertarik adalah eksekusi ending cerita. Di mana pada akhir ceritanya terdapat sebuah twist kecil yang pada akhirnya “memporak-porandakan” tebakan pembaca. Selain itu, saya pun juga menyukai permainan “ping-pong” alurnya. Sebetulnya, jalan ceritanya sendiri amatlah sederhana, tapi –setidaknya buatsaya, penulis berhasil mengeksekusi tulisannya dengan cukup baik sehingga tulisannya terbilang memikat.
Ada satu kutipan yang saya suka dari cerita ini,

“Aku menjagamu dari jauh...” – halaman 60.

 Sedangkan, untuk cerpen dengan judul Kapurung. Ah! Lagi-lagi saya jatuh cinta dengan bagian akhir cerita. Mengharukan. Hanya satu kata itu yang menurut saya sangat tepat untuk menggambarkan ending-nya. Dari ketiga cerita yang sedikit saya ulas di sini, Kapurung inilah yang paling saya favoritkan.

Tapi, tentu cerita di dalamnya tidak “asal” ditulis bagus begitu saja. Maksudnya, di balik cerita-cerita tersebut tetap diselipkan sebuah nilai moral. Pada cerita kesebelas misalnya –dengan judul Pasola. Di mana amanat yang tersirat adalah dalam melakukan sesuatu hendaknya awalilah dengan niat dan hati yang tulus serta bersih.

Untuk segi teknis sendiri, buat saya tidak ada yang bermasalah. Kebetulan, saya juga cukup menyukai gambar sampul yang digunakan. Buat saya, gambar sampulnya syahdu. Lebih jauh lagi, gambar sampul yang digunakan juga terbilang cukup dapat merepresentasikan tema “lokalitas” yang diangkat pada masing-masing cerita.


Akhir kata, selamat membaca!

Comments