[Book Review] Queen


Queen: Kembali dan Hadapi, Bukan Menghindari
Sumber: goodreads

Judul : Queen
Penulis : Niena Sarowati
Penerbit : Senja
Tahun terbit : 2014
Jumlah halaman : 300 halaman
ISBN : 978-602-296-026-3
“Jangan kamu jadikan masalahmu sebagai tembok besar yang sulit bikin kamu bergerak.... Setiap manusia pasti punya masalah. Dan, masalah itu ada untuk kita hadapi. Kita cari jalan keluarnya... Jika satu masalah kamu hindari, maka akan muncul masalah baru.” – halaman 176.

Sebelumnya, saya pikir, tak perlulah rasanya saya menuliskan panjang lebar mengenai sinopsis cerita. Sebab, jika sebelumnya kalian membaca blurb-nya, maka –dengan cepat, kalian akan segera tahu isi cerita di dalamnya. Ya, lari dari suatu masalah. Itulah yang pernah dilakukan oleh Queen. Sakit hati –karena merasa dikhianati, membawanya pergi dari Jakarta ke Bandung. Tempat di mana tak ada satu pun sanak saudara yang tinggal. Meski tak lagi asing, namun baginya Bandung tetaplah tempat baru. Atmosfer baru, lingkungan baru, serta orang-orang yang tentunya baru.
Dengan perginya ia ke Bandung, ia berharap bisa melupakan kejadian pahit yang ia alami sebelumnya. Di Bandung, ia mengalokasikan waktunya untuk segala kegiatan yang bermanfaat. Ia berbagi kasih sayang dan sukarela ikut mengurus anak-anak pada sebuah panti asuhan serta ikut dalam sebuah komunitas yang membimbing anak jalanan.

Namun, ternyata ia salah. Kesibukannya tersebut tak lantas membuatnya lupa atas kejadian yang menyesakkan hatinya. Hingga pada suatu ketika akhirnya ia sadar, bahwa ia tak bisa untuk terus menerus lari dari semua itu. Ia sadar ia harus segera menyelesaikan masalah yang ada di belakangnya. Akan tetapi, penyelesaiannya juga tak semudah itu. Ada banyak kerikil-kerikil kecil yang menghadang. Salah paham merupakan salah satu kerikil tersebut.
Overall, cerita di sini dituliskan dengan sangat ringan. Terlampau ringan bahkan. Meski sasaran pembacanya lebih difokuskan kepada remaja, tapi saya pikir masih sangat bisa dan cukup cocok untuk dibaca oleh “dewasa-muda” kok. Sangat cocoklah untuk dijadikan bacaan santai, teman di saat weekend.
Untuk alurnya sendiri dituliskan dengan menggunakan plot yang maju-mundur. Ada beberapa bagian yang merupakan fragmen-fragmen cerita tentang masa lalu Queen. Mengenai tokoh sendiri, jelas Queen merupakan tokoh utama dari cerita ini. Queen digambarkan sebagai seorang gadis yang sebenarnya periang dan sangat menyukai anak kecil. Selain Queen, tokoh lainnya yang juga cukup punya andil adalah Obit – pemuda berperawakan sedang yang juga baik hati, Alan –si pembalap, Dion –si DJ ganteng, Neva, Ibenk dan Alin –yang merupakan anak band, Gisel dan Qinoy –si pemilik distro, dan Cilla serta Abah.
Kemudian, untuk point of view -nya sendiri ditulis dengan menggunakan sudut pandang orang ke-3. Pengambilan latar tempat sendiri lebih dominan di Bandung daripada Jakarta. Selebihnya, dari segi isi, saya pikir tidak ada masalah. Tidak ada kesan ‘tempelan’ di dalamnya. Ya, semuanya masih wajar-wajar saja. Dan juga, bukan suatu masalah besar sebetulnya jika ending cerita bisa terbaca dari awal –mengingat bahwa toh ceritanya sangat teenlit.
Yang menjadi catatan dari saya adalah masih adanya beberapa kata yang salah penulisan, seperti yang saya temukan pada halaman 53, kata ekstra dituliskan menjadi ektra (tanpa huruf “S” ditengahnya). Kemudian untuk masalah sampul, harus saya akui bahwa sampulnya tidak representatif. Tidak representatif di sini maksudnya adalah tidak menggambarkan isi cerita di dalamnya –namun, masalah penggambaran isi cerita sudah tertuang sangat baik di bagian blurb.
Akan tetapi, itu tadi jika hanya dilihat secara sekilas saja. Jika kita bedahlebih dalam lagi, mulai dari background sampul yang menyerupai tekstur jeans itu cukup dapat menggambarkan bahwa cerita di dalamnya tak akan jauh-jauh dari dunia anak muda –mengingat image jeans itu sendiri santai dan sangat anak muda. Dan lagi, warna kuning yang diberikan untuk judulnya –Queen, sebetulnya cukup tepat untuk mengatakan bahwa sesungguhnya Queen merupakan sosok yang periang. Secara keseluruhan, harus saya akui bahwa saya sangat suka perpaduan warna kuning, putih, dan biru pada sampulnya.

Dan terakhir, harus diakui bahwa dari membaca novel ini, banyak sekali nilai moral yang dapat diambil.
Akhirnya, selamat membaca!

p.s. Tiba-tiba saya jadi membayangkan jika suatu saat novel ini difilmkan. Hmmm... mungkin akan seru jadinya. Boleh juga untuk dicoba :)

Comments