[Book Review] Lampau



Menengok ‘Lampau’, yang Menjelma Kini, yang Mewujud Lalu



Judul : Lampau
Penulis : Sandi Firly
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2013
Tebal Halaman : 356 halaman
ISBN : 9797806200

Hidup memang tak selalu mulus laiknya seperti apa yang kita inginkan bukan?

Hidup tak ubahnya seperti melewati sungai panjang. Terkadang bisa jadi arusnya sangat tenang namun sesaat kemudian berubah menjadi deras. Jalan yang tadinya lurus tanpa kelokan tiba-tiba saja menjadi penuh tikungan. Batu-batu hitam dan jeram-jeram kecil yang menghadang seketika berubah menjadi jeram-jeram tajam yang mampu menenggelamkan.

Cengkraman kekhawatiran dan ketakutan akan terus menyelimuti selama kita belum mencapai tujuan. Akan tetapi, limpahan kebahagiaan dan kelegaan akan selalu menyambut kita ketika tujuan telah didapatkan. Ada kalanya dalam perjalanan ada selipan-selipan kelucuan pula yang akan menjadi warna tambahan dalam kehidupan.


Lampau dengan cukup sukses mampu membawa saya menelusuri sungai yang ada di dalamnya. Terdorong oleh rasa penasaran, sehari penuh saya menikmatinya hingga lupa akan keberadaan saya sebagai manusia –makan, minum, mandi dan segala tetek bengeknya. Rasa deg-deg-an, tawa-tawa kecil, gurat senyuman dan juga rengutan, rasa frustasi dan bahkan sampai beberapa kali air mata ikut menetes merupakan suatu ungkapan yang tak bisa diutarakan dengan kata-kata.

“Sederhana namun tetap memikat,” barangkali mungkin itulah kata yang paling tepat untuk menggambarkannya.


Lampau merupakan sepenggal kisah kehidupan dari Ayuh –seorang anak yang tinggal dipinggiran hutan, yang cukup menyentuh. Cinta, bakti, perjuangan, kecemburuan merupakan beberapa warna kehidupan yang ditawarkan di dalamnya. Alur maju-mundur yang dituliskan dengan sederhana dan tidak berbelit-belit membuatnya terasa semakin manis.


Kisah Ayuh di sini dituliskan oleh Sandy dengan detail. Menyentuh. Tidak berlebihan. Tak hanya sekedar sekumpulan kata-kata indah tanpa makna, di dalamnya, Lampau banyak menyuguhkan kita wejangan-wejangan kehidupan. Tanpa terkesan menggurui, wejangan-wejangan yang tersirat maupun tersurat itu seolah seperti menyodorkan cermin kepada kita dimana itu artinya Lampau mengajak kita untuk muhasabah diri. Menyadarkan kita bahwa dalam hidup kita tidak pernah sendirian, bahkan ketika sedang menghadapi masalah tersulit sekalipun.


Di sini, di novel yang berkisah tentang sebuah kehidupan, kita akan diajari lebih dalam lagi tentang bagaimana kita harus menghargai dan memaknai segala yang kita punyai dan kehidupan ini sendiri. Tak perlulah saya menuliskan sinopsisnya. Tidak ada diksi yang sulit yang akan kita jumpai di dalamnya. Tidak dibutuhkan kerja keras otak dalam memaknai setiap kata per kata, kalimat per kalimat yang ada di dalamnya. Cukup sediakan hati yang ‘terbuka’ ketika membacanya. Niscaya, pesan di dalamnya akan terserap dengan sendirinya.


Dan akhirnya, selamat membaca!


Comments