[Book Review] Imaji Dua Sisi


I M A J I  B U M I



Judul : Imaji Dua Sisi
Penulis : Syafullan
Penerbit : de Teens
Tahun terbit : Juni, 2014
Tebal : 332 halaman
ISBN : 978-602-7968-86-8
"Cobaan hidup ini layaknya asam asetat yang pekat. Jika dicampurkan ke dalam air di gelas kecil, maka air tersebut akan ikut masam pula. Namun, jika dicampurkan ke dalam air sungai, yang terjadi justru sebaliknya. Nah, jika kita memiliki hati seluas sungai dalam menerima atau belajar ikhlas, maka cobaan itu tadi tidak akan terasa."

Pengekstraksian suatu senyawa merupakan hal yang biasa dilakukan pada saat praktikum kimia. Namun, bagaimana jika yang diekstrasi adalah feromon? Bagaimana bisa feromon yang notabene merupakan suatu zat kimia alami yang ditransmisikan melalui udara dan secara khusus berfungsi sebagai perangsang lawan jenis dapat diekstrak? Terdengar nonsense dan tidak masuk akal, bukan -setidaknya bagi orang awam?

Namun, pada akhirnya ketidak-masuk-akalan tersebut sirna ketika Bumi melakukan sebuah eksperimen besar. Sebuah eksperimen dimana ia mencoba mengekstrak feromon sahabatnya sendiri di laboratorium kecil miliknya. Hal tersebut ia lakukan karena ia mengira bahwa gadis yang disukainya justru menyukai sahabatnya. Didorong oleh rasa cemburu kepada sahabatnya yang teramat besar dan juga rasa cinta yang tak kalah besarnya kepada gadis pujaannya membuat ia kemudian melakukan hal ‘keji’ tersebut.
Cerita dimulai dari masa-masa sebelum LDO –Latihan Dasar Kepemimpinan, dimulai. Pembagian kelompok untuk LDO mempertemukan Bumi, Lintang, dan Bara dalam satu kelompok. Banyaknya tugas yang diberikan selama masa pra-LDO membuat pertemanan mereka semakin erat. Hingga pada akhirnya, masing-masing menyadari bahwa mereka saling menyukai.
Simpel dan unik!
Mungkin dua kata itulah yang paling tepat untuk merepresentasikan kisah pada novel ini. Kolaborasi antara kisah cinta dan kimia dalam cerita ini menghasilkan perpaduan yang cukup menarik. Sekilas menggambarkan bahwa novel ini bergenre science-fiction. Gaya penceritaan yang menggunakan beberapa sudut pandang dari para tokoh utamanya juga membuat kisah didalamnya tidak monoton dan justru semakin hidup.
Bumi. Lintang. Bara. Tiga tokoh utama dengan sifat, latar belakang, dan permasalahan yang berbeda. Didikan dari ibunya yang otoriter dan kisah pilu di masa kecilnya membuat Bumi tumbuh dengan kepribadian pemalu, tertutup, dan serius. Lintang, gadis cerdas dan pemberani yang memutuskan untuk pindah dari Jakarta ke Semarang dengan tujuan untuk mengobati rasa sakit hatinya. Dan Bara, lelaki supel dengan sakit yang menggerogoti tubuhnya. Tiga tokoh tersebut –dan beberapa tokoh sampingan yang lain tentunya, akan berperan besar dalam membuat para pembaca gelimpungan karena disesakkan oleh rasa penasaran.
Berbagai emosi yang tergambarkan dan selipan-selipan humor dalam novel ini akan ikut mengikat perasaan para pembaca, bahkan hingga setelah selesai membacanya. Dan lagi twist –yang memberikan warna-warna lain pada cerita ini, ada banyak ‘kejutan-kejutan’ yang akan membuat kita merasa ‘terbodohi’ karena jalan cerita yang terkadang jauh dari perkiraan.
Overall –bagi saya, yang ‘dijual’ pada novel ini lebih cenderung pada aspek alur atau jalan ceritanya. Jalan cerita yang runtut namun tidak monoton berhasil dieksekusi dengan baik. Sedang untuk ending dari ceritanya sendiri mungkin akan terkesan menggantung. Sebab pembaca disini justru diberi keleluasaan untuk ‘menginterpretasikan’ akhir dari jalan cerita itu sendiri.
Dan akhirnya, selamat membaca!

Comments