[Book Review] Aruna dan Lidahnya


Untuk Para Pecinta Makanan dan Perjalanan
Sumber: goodreads

Judul : Aruna & Lidahnya
Penulis : Laksmi Pamuntjak
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2014
Jumlah Halaman : 427 halaman
ISBN : 978-602-03-0852-4

“Selintas, terpikir olehku, ini satu lagi gunanya makanan: ia menyatukan manusia, tak seperti agama. Tapi makanan yang tidak enak jangan-jangan punya persamaan dengan tafsir agama yang tidak menyenangkan.” – halaman 146


Dengan “berbekal” 3 tokoh utama –yang masing-masing karakternya terbilang kuat, Laksmi Pamuntjak sukses “membawa” novel dengan baik. Pertama, Aruna Padmarani Rai. Seorang epidemologist (ahli wabah) berumur 35 tahun yang belum menikah, bertubuh montok, pendiam, dan cerdas. Kedua, Bono a.k.a Johannes Bonafide Natalegawa. Seorang chef berumur 30 tahun yang terlalu sibuk untuk menikah. Dan terakhir, Nadezhda Azhari. Seorang kontributor tetap majalah gaya hidup yang selalu merasa memiliki selera tinggi, paling terpelajar, dan pikirannya paling tenar. Umurnya baru 33 tahun, tapi sudah memutuskan untuk tidak menikah. Persamaan dari ketiga tokoh utama tersebut hanyalah satu hal, yakni obsesi mereka –yang sangat besar, terhadap makanan.

Seperti yang sudah tertera di judul, isi cerita novel ini sendiri tentunya tak jauh-jauh dari soal makanan. Semua bermula dari saat di mana Aruna ditugasi oleh institusi tempatnya bekerja untuk menyelidiki kasus flu unggas –yang ganjil, yang terjadi serentak di delapan kota besar di Indonesia. Sekali dayung, dua-tiga pula terlampaui. Sepertinya itu peribahasa yang cukup dapat mewakili apa yang dilakukan Aruna ditengah-tengah tugasnya dalam menyelidiki kasus flu burung. Sembari melakukan perjalanan panjang –alih-alih melaksanakan tugas, ia memakai kesempatan tersebut untuk mencicipi kekayaan kuliner lokal bersama kedua sahabatnya, Bono dan Nadezhda.
Nah, poin plusnya –buat saya pribadi, terdapat banyak persoalan yang diangkat dalam novel ini. Tak hanya soal makanan, perjalanan, politik, agama, sejarah lokal dan realita sosial yang mana ditautkan dengan masalah korupsi, kolusi, konspirasi, dan miss-informasion seputar politik kesehatan masyarakat. Akan tetapi juga, tentang cinta dan pertemanan. Bagusnya, dari sedemikian banyak “poin pembahasan” yang diangkat tersebut fokus cerita tidak kehilangan arah. Kesan “bertumpuk” terhadap segala poin tersebut memang ada. Tetapi, baiknya, meski terbilang “bertumpuk” namun kesan yang tertinggalkan adalah rapi.
Lepas dari itu, di dalam novel dengan sudut pandang orang pertama ini terdapat cukup banyak fragmen-fragmen dalam “bentuk” mimpi-mimpi Aruna. Nah, untuk saya pribadi, yang sedikit menjadi persoalan adalah bahwa saya cukup kesulitan memahami hubungan antara mimpi-mimpi Aruna tersebut dengan inti kisah pada novel ini. Meski sudah dua-tiga kali saya baca kembali –fragmen yang bersangkutan, namun hingga saya menulis ini, belum juga saya dapati benang merahnya. Ah, tapi yasudahlah, itu bukan masalah besar.
Satu poin yang saya sangat sayangkan dari novel ini, yakni terdapat beberapa kata yang salah penulisannya. Sayangnya saya lupa mencatat kata apa dan ada di halaman berapa. Untuk segi teknis sendiri, khususnya sampulnya –baik depan dan belakang, saya sangat menyukainya. Perpaduan antara gambar, warna, dan tata letaknya sangat menarik. Warna merah, hitam, dan putih yang dimasukan dalam satu warna dasar –background sampul yang saya menyebutnya warna telur bebek, menciptakan kesan yang feminin yang tidak berlebihan –sangat pas. Sedangkan, merah menggambarkan kesan elegan dan hitam mengisyaratkan ketegasan.
Begitupun pemilihan jenis huruf yang digunakan. Tidak banyak aksen. Kalau saya boleh bilang juga, pemilihan jenis huruf di sini seolah justru menjadi “penyeimbang” dari pemilihan warna sampul yang cenderung feminin. Dan untuk gambarnya, meski sederhana –mangkuk “bakso”, namun justru kesederhanaan tersebutlah yang menimbulkan kesan memikat.
Overall, semua elemen di dalamnya terbilang baik. Nah, pesan terakhir saya, sepertinya untuk para pecinta kuliner, pemerhati kuliner atau apapun itu sebutannya sangat disarankan untuk membaca novel ini.
Akhir kata, selamat membaca!

Comments