Sumber: goodreads |
Judul: Me vs Daddy
Penulis: Sayfullan
Penerbit: deTeens
Terbit: Agustus 2016
Tebal: 220 halaman
ISBN: 978-602-391-202-5
Novel ini berkisah tentang jalan hidup Karel Marinka,
seorang laki-laki berwajah cantik dan bermata lembut yang memiliki prestasi
bagus di bidang pastry. Kecintaan
Karel sedari kecil terhadap kue kering berbentuk panjang berisi pasta –eclair–
membuatnya berkeinginan untuk memiliki sebuah kedai kopi dan toko kue. Namun,
dengan keras keinginan Karel itu ditentang oleh sang ayah. Ayahnya, Marvin
Marinka –yang berperawakan tinggi, dan berwajah tampan serta memiliki garis
rahang yang tegas–, ingin agar Karel terjun dan meneruskan bisnis yang telah
dibangunnya sedari lama di bidang properti.
Meski begitu,
mengetahui bahwa sang ayah menentangnya habis-habisan, Karel tidak diam
begitu saja. Ia tetap ngotot memerjuangkan mimpinya agar terwujud. Hingga pada
akhirnya, terjadilah kesepakatan antara anak dan ayah tersebut. Keduanya masuk
dalam sebuah “pertaruhan” dan Karel harus bisa membuktikan kemampuannya. Sebab,
jika tidak, maka konsekuensi berat menunggunya.
Dan benar saja, Karel berhasil membuktikan
kemampuannya itu, meski sebelumnya sempat mengalami kejatuhan yang membuatnya
hampir putus asa. Namun, cerita tidak berhenti sampai di situ. Lagi-lagi muncul
permasalahan yang memaksa Karel untuk mengalah terhadap sang ayah.
“Kenapa aku harus ditakdirkan untuk selalu
melawan papaku sendiri? Sudah selesai kasus perjanjian kafe, dan kini datang
lagi masalah.” – halaman 205.
Nah, selain kedua tokoh yang telah disebutkan di atas
–Karel dan ayahnya–, tokoh lain yang mengisi cerita dalam novel ini di
antaranya adalah Jianna (gadis berwajah imut yang pintar), Renne (sang ibu),
Charlot Devina (yang suka mem-bully).
Sementara itu, dari segi alur, novel ini memiliki plot progresif. Namun, di
dalamnya diselipkan fragmen-fragmen kisah masa lalu, misalnya saja kisah antara
Marvin dan mendiang istrinya.
Lepas dari semua itu, novel yang ditulis melalui
sudut pandang orang ketiga ini memiliki ide cerita yang mirip dengan novel
berjudul Garnish –sama-sama bercerita soal mimpi seorang anak yang ingin
bergelut di bidang pastry. Tapi
menariknya –pembeda novel ini dari Garnish–, Me vs Daddy tak hanya bercerita
soal mimpi Karel saja, melainkan juga soal masa lalu dan keluarga. Tak hanya
itu, akhir ceritanya yang tidak bisa ditebak juga menjadi poin menarik tersendiri dari novel ini.
Sayangnya, dari segi teknis ada sedikit catatan dari
saya, yakni perihal masih terdapatnya kesalahan tanda baca dan penulisan.
Misalnya saja pada halaman 147, paragraf ketiga dari bawah, di mana sangat
tertulis menjadi saat (tidak terdapat huruf “ng” di tengah kata).
Selebihnya, untuk kovernya sendiri bagi saya tidak ada masalah. Kovernya cukup
sederhana.
Comments
Post a Comment