Judul: Koplax Rangers
Penulis: Amad Kocil
Penerbit: de Teens
Terbit: Mei 2016
Tebal: 304 halaman
ISBN: 978-602-279-224-6
Jika kalian mencari jawaban atas: "apa arti
dari sebuah persahabatan?" dan "bagaimana kita harus memaknainya?", saya pikir sedikit
banyak novel ini akan mempu menjawabnya. Ya, Koplax Rangers bercerita tentang
persahabatan lima orang mahasiswa. Ada Viona yang cantik dan selalu
berpenampilan oke. Lalu, ada pula si Dita yang sedikit tomboy tapi mandiri, dan
Gilang yang berhasil bebas dari jeratan narkoba. Serta tak lupa, ada Andra yang
berambut gondrong dan berperawakan seperti preman. Dan terakhir si kurus Rehan yang
berwatak pendiam dan kurang percaya diri.
Mereka berlima kerap menghabiskan waktu
bersama. Biasanya, acara kumpul bareng selalu dilakukan sore sepulang kuliah. Namun,
segalanya mulai berubah ketika satu demi satu kebohongan mulai keluar. Segalanya
berubah ketika satu persatu dari mereka mulai tidak terbuka. Akibatnya,
timbullah kesalahpahaman, yang siapa sangka akan menghancurkan semuanya, bahkan
hingga merenggut nyawa.
Yang menarik dari kisah beralurkan maju
dan ditulis melalui sudut pandang orang ketiga ini ada pada kalimat penutupnya
yang manis. Selain itu, saya pikir sang penulis juga cukup berhasil dalam menyampaikan
isi pesan novel ini. Begitu pula dengan puncak konfliknya yang, oleh penulis,
berhasil dieksekusi dengan cukup baik.
Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu
digarisbawahi. Pertama, saya sedikit kurang setuju dengan penyebutan muslim dan
non-muslim. Mengapa tidak disebut beragama islam dan katholik, atau kristen, atau
budha saja? Kedua, di awal-awal dan beberapa part di akhir sang penulis menuliskan soal pembulian yang dilakukan
dan dirasakan oleh beberapa tokoh. Saya pikir, ini agak aneh. Masa iya, anak
kuliah masih bertingkah seperti itu? Terlalu kekanak-kanakan menurut saya. Selebihnya,
saya pikir tak ada masalah.
Lalu, di segi teknis, selama membacanya
saya tidak tidak menemukan kesalahan penulisan. Lebih jauh, soal tata letak
saya pikir juga tak perlu dipermasalahkan. Sementara itu, untuk kovernya
sendiri, meski sepintas terlihat agak “penuh”, tapi saya pikir itu bukan
masalah besar. Toh, tone yang
digunakan terbilang menyejukkan. Dengan kata lain, desain gambar dan warna yang
digunakan pada kover ini tepat dan serasi.
Terakhir, jika kalian mencari bacaan yang
ringan namun mampu menghibur, saya pikir tak ada salahnya untuk membaca novel
ini. Jadi, selamat membaca!
Comments
Post a Comment