Badai,
Keretek, dan Takdir
Judul : Negeri van Oranje
Penulis : Wahyuningrat, Adept Widiarsa,
Annisa Rijadi, Rizki Pandu Permana
Penerbit :
Bentang Pustaka
Terbit : cetakan keenam, September 2015
Tebal : viii + 576 halaman
ISBN :
978-602-291-036-7
Seperti judul tulisan yang kali ini saya
pakai, persahabatan Lintang, Banjar, Wicak, Daus, dan Geri berawal dari adanya
badai yang kemudian disusul dengan berbagi keretek. Dan tentu saja, takdir yang
sudah semesta amini.
Berada di negara perantauan, Belanda,
membuat kelimanya memiliki ikatan yang erat antarsatu sama lain. Bersama,
mereka berbagi cerita, pengalaman, dan cara untuk bertahan hidup di Belanda.
Dan meski pertengkaran-pertengkaran kecil kerap terjadi, namun rasa saling
memiliki dan peduli terhadap satu sama lain membuat persahabatan mereka tetap
solid.
Lebih lanjut, novel ini tidak hanya
berkisah tentang persahabatan, melainkan juga soal rasa nasionalis. Sebagai pelajar
yang mendapatkan beasiswa di luar negeri, mereka kerap dihadapkan pada
pertanyaan, “Haruskah setelah lulus nanti bekerja di sini (negara tempatnya
berada) ataukah pulang untuk membangun Indonesia?”
Kebimbangan tentu saja memenuhi pikiran
mereka. Harus diakui bahwa pertanyaan sederhana tersebut tak dapat dijawab
dengan cara yang sederhana pula. Sebab, banyak pertimbangan yang mesti mereka
perhitungkan matang-matang.
Lepas dari hal di atas, untuk penokohan
sendiri, Lintang digambarkan sebagai seorang perempuan riang, bergaya sporty, dan cenderung cuek. Kemudian,
Wicak digambarkan memiliki perawakan yang berkulit sawo matang, tinggi, kurus
dengan rambut sedikit kriwil. Lalu, ada si Iskandar atau yang lebih akrab
disapa Banjar, anak juragan bawang yang selalu merasa dirinya ganteng. Adapula,
Daus, keturunan Betawi asli, yang sangat menyukai dunia hukum. Dan terakhir,
yang paling ganteng di antara keempat laki-laki tersebut adalah Geri –si baik,
bijak, dan rendah hati.
Nah, secara keseluruhan novel beralurkan
maju-mundur dan ditulis melalui sudut pandang orang ketiga ini terbilang
menyenangkan untuk dibaca. Para penulis juga mampu memberikan kesan hidup pada
novel ini karena deskripsinya yang detail. Tak hanya itu, cerita yang ditulis
di dalamnya juga terbilang inspiratif. Secara “terselubung” kita diajak untuk
melanjutkan pendidikan setinggi-tingginya. Perihal ekonomi yang cekak bukanlah alasan,
sebab banyak beasiswa yang bisa diandalkan. Hanya dua poin utamanya, kemauan
dan usaha.
Kemudian, meski cerita yang disuguhkan,
kalau dipikir-pikir, cukup klasik –karena (lagi-lagi) mempertemukan “unsur” persahabatan
dengan cinta, namun banyak hal baru yang dapat kita ambil dari novel ini. Misalnya
saja cara bertahan hidup di Belanda, cara mencari pekerjaan paruh waktu, cara
mencari tempat tinggal, dan masih banyak lagi.
Akan tetapi, di atas segala puja-puji di
atas, ada satu hal yang saya sayangkan, yakni adanya dialog yang “dibatin” yang
tidak ditulis dengan huruf bercetak miring. Misalnya pada bagian chapter prolog di mana pernyataan batin
Banjar pada baris kedua, “Duh, kenapa SMS ini mesti lo kirim sekarang...” tidak
ditulis miring.
Buat saya, penggalan kalimat tersebut
perlu untuk dicetak miring agar tidak rancu dengan narasinya, sehingga pembaca
pun tidak kebingungan. Sebab, aneh saja, kesannya justru seperti ada pada
pergantian sudut pandang, yang semula menggunakan sudut pandang orang ketiga,
tiba-tiba menjadi POV-1.
Lalu, secara teknis, ini bukan hal yang
besar sih, tapi saya kurang (bukan tidak, tapi kurang) menyukai buku yang
menggunakan kertas buram. Buat saya, penggunaan kertas buram berpengaruh pada
tingkat kenyaman membaca, yang kemudian jadi agak “menjemukan”. Selain itu,
kertas buram sendiri dasarnya lebih rawan robek.
Sementara itu, untuk desain kovernya
sendiri –pada edisi kover film, buat saya cukup menarik. Tetapi, saya lebih menyukai desain kover yang sebelumnya, yang bergambar kincir angin Belnda
dengan warna latar oranye. Dibandingkan dengan gambar kover yang sebelumnya,
kover yang terbaru ini terbilang ramai. Namun, perlu diakui bahwa desain kover
terbarunya ini terbilang cukup mengundang pembaca untuk membeli novel ini.
Akhir kata, selamat membaca!
Comments
Post a Comment