Komunitas Pendidikan untuk Anak Marjinal
Judul : Terminal Hujan
Penulis : -hQZou-
Penerbit : de Teens
Tahun terbit : Februari 2015
Jumlah halaman : 232 halaman
ISBN : 978-602-255-810-1
Penulis : -hQZou-
Penerbit : de Teens
Tahun terbit : Februari 2015
Jumlah halaman : 232 halaman
ISBN : 978-602-255-810-1
“Ketiga, karena hujan takkan sanggup menghentikan kita.” – halaman 61.
Demi sang bapak agar dapat berobat ke rumah sakit, Farah –seorang bocah perempuan yang duduk di bangku sekolah dasar kelas 2, diam-diam mengamen tanpa sepengetahuan bapak ibunya. Bersama Tisa –sahabatnya yang mana merupakan pengamen, seusai sekolah ia langsung menuju Tugu Kujang untuk melakukan “ritual” tersebut. Dan ketika hari menjelang sore, ia baru kembali ke rumah. Dengan sang ibu ia mengaku bahwa ia selalu pulang di sore hari sebab di sekolah ada pelajaran tambahan untuknya. Dan memang pada kenyataannya begitu, melihat nilai Farah yang sangat kurang memuaskan, sang guru pun memutuskan untuk memberikan pelajaran tambahan kepada Farah. Namun, Farah tak pernah datang dan justru memutuskan untuk mengamen.
Nah, buah dari apa yang dilakukan oleh Farah tersebut berujung pada tidak naiknya dia ke kelas tiga. Mengetahui hal tersebut, ibunya marah besar. Ia mengatakan bahwa Farah adalah anak bodoh. Di satu sisi, Farah pun kecewa dengan tidak naiknya kelasnya. Tapi, ia tak bisa berbuat banyak. Ia tak mungkin mengaku pada sang ibu, jika ia selama ini “membuang” waktunya untuk mengamen. Hanya satu yang ia inginkan, ia hanya ingin sang ayah dapat berobat ke rumah sakit agar segera sembuh dari sakitnya.
Di sisi lain, Valesia –seorang gadis yang baik hati, terketuk pintu hatinya untuk mendirikan sekolah bagi kaum marjinal. Dengan meneruskan perjuang Umi Hasna –yang baik hati dan penyayang kepada anak-anak, Valesia bersama teman-teman dekatnya mendirikan Terminal Hujan. Proses pendiriannya tak selalu lancar. Ada berbagai kendala yang mereka hadapi, seperti masalah finansial dan masalah kantor kelurahan –tempat yang biasanya dipakai belajar, tiba-tiba hanya boleh digunakan untuk urusan kelurahan saja.
Menurut saya, secara keseluruhan elemen-elemen dalam novel ini cukup seimbang, meski tak bisa dikatakan sangat baik –sebab terdapat beberapa hal yang bermasalah. Namun, juga tak dapat dikatakan buruk –sebab terdapat beberapa hal yang cukup menarik. Pertama, masalah tema, menurut saya tema pendidikan sangat menarik. Masih belum banyak novel-novel remaja di Indonesia yang menaruh fokus pada dunia pendidikan. Dan lagi, harus saya akui bahwa pemfokuskan cerita –akan dunia pendidikan, di sini terbilang baik. Fokusnya tidak terpecah meski di dalamnya juga menyisipkan persoalan cinta.
Begitu pun dengan banyaknya nilai moral atau pesan dalam novel ini. Menurut saya, nilai-nilai moral atau pesan di dalamnya dapat tersampaikan oleh pembaca dengan baik. Untuk segi konflik sendiri, sebetulnya untuk saya biasa saja –bahkan cenderung sedikit, sedikit, kurang greget. Tapi, secara keseluruhan tidak terdapat bagian dari novel ini yang terasa membosankan.
Catatan saya ada pada alurnya, yang menurut saya agak kurang rapi. Lalu, pada bagian ending, terasa agak “menumpuk”. Catatan lainnya, ada pada bagian ketilitian. Misalnya, pada hal 23, paragraf ketiga dari bawah, “Maya pun bercerita...”. Saya pikir seharusnya yang tertulis pada kalimat tersebut bukanlah Maya, melainkan Valesia. Coba saja kalian cermati baik-baik pada bagian tersebut. terkesan sangat janggal jika yang tertulis adalah Maya.
Kemudian, pada halaman 31 paragraf 2 dari bawah. Nama Rifki tertulis menjadi Fitri, padahal sudah sangat jelas di paragraf sebelumnya kalau yang sebenarnya dimaksud adalah Rifki. Lalu, masalah serupa juga terdapat pada halaman 101 (paragraf terakhir), Tisa tertulis menjadi Farah.
Nah, untuk segi teknis sendiri, terlebih pada bagian sampulnya menurut saya sangat kurang menarik. Alih-alih menarik, yang ada justru terlalu “ramai”. Cover-nya menunjukkan kesan yang terlalu penuh dan kurang gamblang dalam merepresentasika isi cerita di dalamnya. Pemilihan warna huruf untuk judulnya pun “kurang terlihat”. Bukannnya mencolok, tetapi justru seakan melebur dengan warna gambar di belakangnya. Sedangkan, untuk jenis huruf judul yang digunakan buat saya tidak ada masalah.
Akhirnya, selamat membaca!
Comments
Post a Comment